Ada seorang Putroe nanggroe yang telah lama ingin membahagiakan orang tuanya, ia begitu gigih dalam menuntut ilmu. dalam kesehariannya selalu mencari ilmu yang bermanfaat.baik kuliah,orgaisasi, dan kegiatan yang menambah ilmu juga pengalaman.itu semua dilakukan hanya untuk membahagiakan diri dan orang-orang yang dicintai juga mencintainya. Alhamdulillah, waktu tak terasa telah ia lewatkan dan jenjang perkuliahan telah ia lewati untuk satu tahap. kini Putroe Nanggroe telah mendapat gelar di depan namanya yang bertajuk Ahli madya. Sungguh bahagia walaupun gelar yang tak se mantap Prof atau Doktor. namun itu baru awal permulaan.
Tak disangka gelar itu bisa disandang setelah namanya, pertama ia dapat gelar itu ia bangga. Begitu lelah ia menghabiskan waktu,menghabiskan uang,tenaga dan hari-harinya untuk mengejar sebuah gelar dan ingin ia dapatkan selembar kertas yang nanti bertuliskan namanya.
Orang tua begitu gigih mencari uang supaya sang anak mulus dan lancar menjalani studinya. Air mata, keringat, lelah tak hingga membuat mereka tetap semangat mencari rezeki agar anaknya lulus dan mendapat sebuah gelar yang ditambah pada namanya.
Sungguh menyedihkan jikalau ia mengingat jasa orang tua yang tak bisa di balas setimpal olehnya. Dia hanya bisa mengatakan " Ayah dan Ibu ku ucapkan beribu kasih untukmu karenamu aku mendapat gelar itu". ya Allah, betapa dia bangga dan bersyukur atas segala pertolongan dan rahmat yang telah Engkau berikan.
Ia senang mendapatkan selembar kertas itu, dan berharap dengan kertas itu ia bisa mendapatkan pekerjaan sebagai sarana penyaluran ilmu yang telah ia pelajari saat duduk dibangku kuliah. Tapi itu hanya harapan semata yang tak bisa diwujudkan dengan kenyataan.mungkin bukan saat ini rezekinya,dan ia sadar rezeki itu sudah diatur oleh Allah SWT. Namun, bukan itu yang ia sesali, ia bingung dengan negeri syariat. Katanya negeri syariat, tapi sistem dan perkakasnya tetap tak bersyariat. ia ingat dari janji-janjinya para pemimpin negeri syariat (baca Aceh) yang katanya akan menegakkan syariat yang kaffah setelah ia terpilih nanti. Tapi mana janji itu, putroe nanggroe belum merasakan janji itu.malah ia terdhalimi oleh sistem dan perkakas yang belum di ganti menjadi sistem dan perkakas yang syariat jua. kenapa Putroe Nanggroe mengatakan seperti itu,karena ia kecewa disaat ia melamar CPNS yang dibuka tanggal 6 Desember 2010 lalu ijazahnya ditolak. ia melamar CPNS dibidang verifikator keuangan, dikoran ia membaca ada formasi yang diminta ijazah Diploma Tiga Perbankan. ia pergi ke suatu daerah yang baru mekar dan disana ijazahnya ditolak dengan alasan karena ijazahnya ada embel-embelnya yang dimaksud embel-embel itu adalah tulisan Islam di ijazah Putroe Nanggroe. Hanya itu alasan yang diberikan pada saat itu dan ada sedikit tambahan yaitu yang diminta perbankan umum. kalau perbankan umum yang dimaksud berarti Perbankan Islam masuk kedalamnya, toh mata kuliah yang ia pelajari juga umum,namun ijazah yang bertuliskan Islam hanya karena Ia studi di Institut Agama Islam Negeri. hanya satu dua yang dipelajari perbankan syariah,yang lainnya sama bersifat umum.
kenapa tahun 2009 lalu diterima?padahal sama saja dikoran tidak ditulis Islam atau syariah. kenapa sekarang dipermasalahkan Islam yang ada di ijazah itu.Apa karena takut tidak bisa korupsi dengan ada orang-orang yang bersyariat didalamnya? Astaghfirullah kalau itu menjadi alasan yang tak pernah diungkap diluar hati,hanya bisa dipendam dalam hati mereka.
Putroe Nanggroe sampai keluar kata-kata seperti ini"saya hapus Islam ini diijazah dan saya ganti dengan tulisan kristen pasti kalian langsung terima bukan?" para panitia terdiam dan tidak bisa menjawab. mereka tidak bisa menjelaskan ketika Putroe Nanggroe mengeluarkan kata-kata itu.
Putroe Nanggroe sampai keluar kata-kata seperti ini"saya hapus Islam ini diijazah dan saya ganti dengan tulisan kristen pasti kalian langsung terima bukan?" para panitia terdiam dan tidak bisa menjawab. mereka tidak bisa menjelaskan ketika Putroe Nanggroe mengeluarkan kata-kata itu.
Putroe Nanggroe sampai meminta penjelasan sama kepala dinas tersebut namun tetap tidak bisa dijelaskan,hanya bisa tersenyum manis dihadapan Putroe Nanggroe. Bukan hanya di daerah baru mekar itu saja ditolak,tapi kawan Putroe Nanggroe juga di suatu daerah yang berbeda sama halnya seperti Putroe.sungguh heran negeri yang bersyariat ini.
Begitulah cerita seorang Putroe Nanggroe yang ingin mengabdi dan menyalurkan aspirasi di negeri sendiri yaitu negeri bersyariat ini. Namun sayang, impian yang tidak bisa dikabulkannya untuk membahagiakan orang tua yang telah berjasa selama hidupnya. Seperti inikah negeri syariatku? itu yang selalu ku pertanyakan dalam benak jiwa ragaku. kemanakah janjinya dulu. Aku rindu pemimpin yang adil dan profesional itu.
wallahua'lam
Negeri Syariat,10 Desember 2010