Selasa, 28 Desember 2010

Seperti Inikah Negeri Syariat Ku ?

Ada seorang Putroe nanggroe yang telah lama ingin membahagiakan orang tuanya, ia begitu gigih dalam menuntut ilmu. dalam kesehariannya selalu mencari ilmu yang bermanfaat.baik kuliah,orgaisasi, dan kegiatan yang menambah ilmu juga pengalaman.itu semua dilakukan hanya untuk membahagiakan diri dan orang-orang yang dicintai juga mencintainya. Alhamdulillah, waktu tak terasa telah ia lewatkan dan jenjang perkuliahan telah ia lewati untuk satu tahap. kini Putroe Nanggroe telah mendapat gelar di depan namanya yang bertajuk Ahli madya. Sungguh bahagia walaupun gelar yang tak se mantap Prof atau Doktor. namun itu baru awal permulaan.

Tak disangka gelar itu bisa disandang setelah namanya, pertama ia dapat gelar itu ia bangga. Begitu lelah ia menghabiskan waktu,menghabiskan uang,tenaga dan hari-harinya untuk mengejar sebuah gelar dan ingin ia dapatkan selembar kertas yang nanti bertuliskan namanya. 
Orang tua begitu gigih mencari uang supaya sang anak mulus dan lancar menjalani studinya. Air mata, keringat, lelah tak hingga membuat mereka tetap semangat mencari rezeki agar anaknya  lulus dan mendapat sebuah gelar yang ditambah pada namanya.
Sungguh menyedihkan jikalau ia mengingat jasa orang tua yang tak bisa di balas setimpal olehnya. Dia hanya bisa mengatakan " Ayah dan Ibu ku ucapkan beribu kasih untukmu karenamu aku mendapat gelar itu". ya Allah, betapa dia bangga dan bersyukur atas segala pertolongan dan rahmat yang telah Engkau berikan.
Ia senang mendapatkan selembar kertas itu, dan berharap dengan kertas itu ia bisa mendapatkan pekerjaan sebagai sarana penyaluran ilmu yang telah ia pelajari saat duduk dibangku kuliah. Tapi itu hanya harapan semata yang tak bisa diwujudkan dengan kenyataan.mungkin bukan saat ini rezekinya,dan ia sadar rezeki itu sudah diatur oleh Allah SWT. Namun, bukan itu yang ia sesali, ia bingung dengan negeri syariat. Katanya negeri syariat, tapi sistem dan perkakasnya tetap tak bersyariat. ia ingat dari janji-janjinya para pemimpin negeri syariat (baca Aceh) yang katanya akan menegakkan syariat yang kaffah setelah ia terpilih nanti. Tapi mana janji itu, putroe nanggroe belum merasakan janji itu.malah ia terdhalimi oleh sistem dan perkakas yang belum di ganti menjadi sistem dan perkakas yang syariat jua. kenapa Putroe Nanggroe mengatakan seperti itu,karena ia kecewa disaat ia melamar CPNS yang dibuka tanggal 6 Desember 2010 lalu ijazahnya ditolak. ia melamar CPNS dibidang verifikator keuangan, dikoran ia membaca ada formasi yang diminta ijazah Diploma Tiga Perbankan. ia pergi ke suatu daerah yang baru mekar dan disana ijazahnya ditolak dengan alasan karena ijazahnya ada embel-embelnya yang dimaksud embel-embel itu adalah tulisan Islam di ijazah Putroe Nanggroe. Hanya itu alasan yang diberikan pada saat itu dan ada sedikit tambahan yaitu yang diminta  perbankan umum. kalau perbankan umum yang dimaksud berarti Perbankan Islam masuk kedalamnya, toh mata kuliah yang ia pelajari juga umum,namun ijazah yang bertuliskan Islam hanya karena Ia studi di Institut Agama Islam Negeri. hanya satu dua yang dipelajari perbankan syariah,yang lainnya sama bersifat umum.
kenapa tahun 2009 lalu diterima?padahal sama saja dikoran tidak ditulis Islam atau syariah. kenapa sekarang dipermasalahkan Islam yang ada di ijazah itu.Apa karena takut tidak bisa korupsi dengan ada orang-orang yang bersyariat didalamnya? Astaghfirullah kalau itu menjadi alasan yang tak pernah diungkap diluar hati,hanya bisa dipendam dalam hati mereka.
Putroe Nanggroe sampai keluar kata-kata seperti ini"saya hapus Islam ini diijazah dan saya ganti dengan tulisan kristen pasti kalian langsung terima bukan?" para panitia terdiam dan tidak bisa menjawab. mereka tidak bisa menjelaskan ketika Putroe Nanggroe mengeluarkan kata-kata itu.
Putroe Nanggroe sampai meminta penjelasan sama kepala dinas tersebut namun tetap tidak bisa dijelaskan,hanya bisa tersenyum manis dihadapan Putroe Nanggroe. Bukan hanya di daerah baru mekar itu saja ditolak,tapi kawan Putroe Nanggroe juga di suatu daerah yang berbeda sama halnya seperti Putroe.sungguh heran negeri yang bersyariat ini.
Begitulah cerita seorang Putroe Nanggroe yang ingin mengabdi dan menyalurkan aspirasi di negeri sendiri yaitu negeri bersyariat ini. Namun sayang, impian yang tidak bisa dikabulkannya untuk membahagiakan orang tua yang telah berjasa selama hidupnya. Seperti inikah negeri syariatku? itu yang selalu ku pertanyakan dalam benak jiwa ragaku. kemanakah janjinya dulu. Aku rindu pemimpin yang adil dan profesional itu.
wallahua'lam

                                                                              Negeri Syariat,10 Desember 2010











Selasa, 21 Desember 2010

Surat Cinta Untuk Ibu


Salam sejahtera Ananda ucapkan pada Ibunda tercinta...
Ibu, Ananda kirimkan surat ini untuk mu, hanya untuk mu ibu ku.
Ananda ingin mencurahkan isi hati ini pada ibu. Kini anak gadis mu telah tumbuh dewasa. Detik, menit, jam selalu berputar seakan ia tak pernah lelah walau hanya terdiam pada dinding yang bisu. Begitu juga hari demi hari berlalu indah dan pahit pengalaman hidupku, tak terasa kini usiaku beranjak dewasa. Wahai ibu, maafkan Ananda yang selalu membuat pikiran ibu tak bisa istirahat karena memikirkan anak gadis mu. Karena Ananda seorang yang mengertikan ibu.
Ibu, ku kan selalu mencintaimu dan selalu merindukanmu. Taukah ibu apa yang selalu Ananda rasakan ketika merindukanmu? Ibu, ketika Ananda merindukan ibu, rasa sesak di dada yang menggelutiku, air mata yang tak ingin ditahan namun ia jatuh bagai air terjun yang mengalir deras diatas batu-batu. Sungguh Ananda rindu pada ibu.
Ibu, Ananda ingin mengenang sedikit masa lalu. Ananda terharu ketika ibu tegar menghadapi masalah besar yang menimpa hidup kita dulu. Ibu, di saat itu peran hidup mu begitu berharga. Engkau pahlawan kami, wanita yang tangguh dan sabar menghadapi ujian hidup yang bertubi. Nyawa yang ibu pertaruhkan saat itu. Ibu yang sangat mencintai dan selalu setia menemani suami yang tak menentu arah ketika itu. Ibu rela meninggalkan semua demi cinta ibu untuk Bapak ku. Engkau pergi mengikuti jalan yang terbaik menurut mu di saat itu. Engkau tinggal bersama Bapak dan juga abangku yang kini telah Almarhum di gubuk kecil yang tak berwarna dan kusam bagaikan rumah tak ada kehidupan. dan menitipkan ku dirumah adikmu, karena aku sedang menuntut ilmu. Ananda mengerti kenapa ibu menitipkanku karena ibu tidak mau kehilanganku. Dan waktu itu kondisi tak menentu. Ananda bangka mempunyai ibu seperti mu. Karena ibu wanita tegar dan penyabar yang pernah Ananda temu. Ibu, kini engkau semakin berharga dimata anak-anakmu...namun, ku kan selalu mengenang masa itu demi muhasabah hidupku.
Wahai ibu, sungguh Ananda sangat mencintaimu. Sepanjang usiaku aku melihat belaian cinta dan kasih sayangmu yang tak pernah pudar dariku. Semenjak aku bayi, gadis kecil, hingga aku dewasa, yang sedang mempersiapkan diri untuk bertemu jalan yang baru menuju dunia yang jauh dari orang tua.
Begitu banyak cerita indah bersama ibu, kekhawatiran terhadapku, Sikap sabar dan penyayangmu membuat aku terpesona dan aku semakin cinta padamu. Ibu, aku ingin dengan surat ini, engkau bisa memberikan senyum manismu, di malam kelam ini, sebelum aku tertidur.
Sudah hampir dua halaman ku tulis surat ini hanya kupersembahkan untukmu ibu. Semoga dengan cinta dan ketulusan hatimu mendidikku, aku bisa menjadi anak yang shalehah dan selalu mencintaimu.
Ku ucapkan terima kasih sejagat raya ini, atas cinta dan kasihmu terhadapku. Ku akui  takkan setimpal kasihku dengan kasihmu padaku ibu. Namun, ku kan tetap berusaha menjadi anak yang baik dan selalu berbakti padamu. Maafkan aku jika dalam hidupku selalu membuatmu mengeluarkan air mata kerinduan yang takkan pernah bisa kau tahan.